Dinamikapolitik yang diikuti dengan gelombang demokratisasi menguatkan eksistensi Public Relations (PR) sebagai ubiquitous entity. Persimpangan jalan antara PR Politik dengan PR dan Komunikasi Politik menyebabkan pemahaman yang tidak tepat mengenai posisi PR Politik dalam kajian PR. Crisis in a company or organization is something we do not want. But this can happen whenever and wherever we are, even when the company is widely known to the public or has not been known to the general public. The crisis in a company becomes the lowest point for the company to be able to restore the company's image back to its original good. The management of this crisis should be carried out from the beginning of the company's establishment so that everything is under control and the company can handle it directly. But this is not necessarily done by the company because at the beginning of the company's establishment they were more concerned with the future of the company than thinking about the side effects that would result from the company's crisis. In dealing with a crisis, the company must be able to manage the crisis to be more controlled so that the company's image returns to good. Therefore, of course the role of Public Relations here is very much needed because Public Relations has an important role and function in planning crisis preparation programs, crisis management itself when a crisis occurs and strategies after the crisis is resolved. So that the company can make decisions about what to do with the company so that the company's image will improve again. Abstrak Krisis dalam sebuah perusahaan atau organisasi merupakan hal yang tidak kita inginkan. Tetapi hal ini dapat terjadi kapanpun dan di manapun kita berada bahkan pada saat perusahaan sedang Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 Strategi Public Relations Dalam Menghadapi Krisis Perusahaan Sari Roti Studi Kasus Maraknya Tagar BoikotSariRoti di Media Sosial Oleh Radatun Nimah 2001016084 UIN Walisongo Semarang Email nimahradatun Abstract Crisis in a company or organization is something we do not want. But this can happen whenever and wherever we are, even when the company is widely known to the public or has not been known to the general public. The crisis in a company becomes the lowest point for the company to be able to restore the company's image back to its original good. The management of this crisis should be carried out from the beginning of the company's establishment so that everything is under control and the company can handle it directly. But this is not necessarily done by the company because at the beginning of the company's establishment they were more concerned with the future of the company than thinking about the side effects that would result from the company's crisis. In dealing with a crisis, the company must be able to manage the crisis to be more controlled so that the company's image returns to good. Therefore, of course the role of Public Relations here is very much needed because Public Relations has an important role and function in planning crisis preparation programs, crisis management itself when a crisis occurs and strategies after the crisis is resolved. So that the company can make decisions about what to do with the company so that the company's image will improve again. Keywords Crisis management, Public relations. Abstrak Krisis dalam sebuah perusahaan atau organisasi merupakan hal yang tidak kita inginkan. Tetapi hal ini dapat terjadi kapanpun dan di manapun kita berada bahkan pada saat perusahaan sedang 2 banyak dikenal khalayak ataupun belum sempat dikenal khalayak ramai. Krisis dalam sebuah perusahaan menjadi titik terendah bagi perusahaan untuk dapat mengembalikan citra perusahaan kembali baik seperti semula. Pengelolaan krisis ini seharusnya dilakukan sejak awal berdirinya perusahaan agar semua terkendali dan dapat langsung perusahaan atasi. Tetapi hal ini belum tentu dilakukan oleh perusahaan karena awal berdirinya perusahaan ini mereka lebih memikirkan masa depan perusahaan dari pada memikirkan efek samping yang akan ditimbulkan dari adanya krisis perusahaan tersebut. Dalam menghadapi krisis perusahaan harus dapat memanage krisis tersebut menjadi lebih terkendali agar citra perusahaan kembali baik. Oleh karena itu, tentu peran Public Relations disini sangat dibutuhkan karena Public relations memiliki peran dan fungsi penting dalam merencanakan program persiapan krisis, manajemen krisis itu sendiri pada waktu terjadi krisis dan strategi setelah krisis selesai ditanggulangi. Sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan mengenai hal yang akan dilakukan pada perusahaan agar citra perusahaan kembali membaik. Kata kunci Manajemen krisis, Public relations. Pendahuluan Krisis merupakan keresahan tersendiri bagi perusahaan atau organisasi yang sedang menghadapi krisis. Krisis harus ditangani dengan cepat, tepat, dan seakurat mungkin agar dampaknya tidak meluas Laraswati, 2021. Seperti halnya krisis yang dialami oleh PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. dikenal dengan produk dagang mereka yaitu Sari Roti. Perusahaan produsen roti terbesar di Indonesia ini sudah berdiri sejak 1995. Sebagai perusahaan besar, tidak heran apabila PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. dalam perjalanannya mengalami krisis karena semua perusahaan tentu pasti mengalami pasang surut. Seperti halnya perusahaan sari roti pada penghujung tahun 2016 tepatnya pada tanggal 2 Desember 2016, Sari Roti menghadapi krisis, yaitu dengan munculnya tagar kasus BoikotSariRoti. Adanya tagar BoikotSariRoti dengan berbagai cuitan netizen bisa berdampak buruk pada reputasi perusahaan, yang dimana termasuk kehancuran tidak nyata. Pada tanggal tersebut terjadi aksi penyuaraan pendapat yang kita kenal dengan Aksi 212. Pada saat aksi tersebut, terlihat beberapa penjual Sari Roti yang membawa gerobak rotinya di sekitar area Patung Kuda dan Monumen Nasional Monas. Keberadaan para penjual Sari Roti di tengah-tengah partisipan Aksi Demo 212 menarik perhatian publik. 3 Salah satu penyebabnya adalah pada setiap gerobak Sari Roti tersebut terdapat tempelan kertas yang bertuliskan “Gratis untuk Muhajid.“ Momen pembagian roti gratis untuk para partisipan 212 langsung terkenal di media sosial terlebih dikalangan warganet yang mendukung adanya aksi 212. Pujian untuk para pedagang Sari Roti terlontar dari para partisipan aksi 212 dan juga warganet yang mendukung aksi tersebut. Namun, sehari setelah terjadinya aksi 212 itu, PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. selaku produsen Sari Roti mengeluarkan press release terkait dengan viralnya aktivitas bagi-bagi roti gratis yang dilakukan oleh beberapa pedagang Sari Roti. Press Release yang dikeluarkan oleh pihak PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. justru membawa mereka ke dalam krisis. Fakta sebenarnya adalah ada oknum donator yang sudah membeli produk Sari Roti dari distributor. Oknum tersebut memberikan arahan kepada distributor tersebut untuk membagi-bagikan Sari Roti kepada para partisipan aksi 212. Donator melakukan hal tersebut untuk membantu para partisipan aksi 212. Namun, kesalahan yang terjadi disini adalah pihak distributor tidak menginfokan kepada pihak manajemen PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. selaku produsen. Sehingga terjadi miss communication. Strategi yang dilakukan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. dalam menangani krisis yang terjadi adalah dengan melakukan rebranding merubah kemasan selain itu PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. juga mengadakan kegiatan sosial seperti penyuluhan gizi kepada anak sekolah mengenai pentingnya sarapan sehat di berbagai kota, serta pengobatan gratis Rohayati, 2018. Kegiatan tersebut diharapkan mampu mengembalikan Kejadian yang menimpa sepatutnya dijadikan sebagai pelajaran dan bahan evaluasi bagi diri perusahaan, bahwa kedepannya pihak perusahaan harus mampu untuk lebih jeli dalam melihat situasi agar tidak gegabah ketika akan mengambil sebuah keputusan untuk melakukan suatu tindakan. Tinjauan Pustaka Selain PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. ada juga PT. Indofood yang sama mengalami krisis perusahaan lantaran adanya cuitan dari netizen mengenai produk mie yang diproduksi dalam kemasan mie goreng. Terjadi pada bulan Agustus 2015, khalayak di hebohkan dengan aksi adanya dugaan mie instan favorit jutaan masyarakat Indonesia yang telah dipalsukan. Isu mengenai pemalsuan produk Indomie goreng ini bermula pada status yang disertai foto kemasan Indomie seorang netizen yang diunggah melalui media sosial Facebook memperlihatkan bukti bahwa adanya perbedaan mulai dari stempel kode produksi sampai susunan bumbu antara kedua 4 bungkus Indomie goreng tersebut. Setelah mencoba dan rasanya juga berbeda, dengan segera netizen mempostingnya di Facebook. Dan hasil postingan tersebut menjadi suatu kehebohan pada masyarakat sehingga menyebabkan Masyarakat berpersepsi bahwa indomie goreng telah di palsukan. Isu mengenai produk tersebut menyebabkan mengalami suatu krisis yaitu krisis pencemaran nama baik dan Krisis kepercayaan. Dimana hasil postingan netizen media yang memperlihatkan secara jelas perbedaan kedua produk itu membuat nama atau produk tersebut menjadi tercemar dan masyarakat menjadi berfikir dua kali untuk membeli serta mengkonsumsi Indomie goreng itu dikarenakan ada rasa ketidakpercayaan dan ketakutan masyarakat terhadap produk tersebut. Adapun strategi yang dilakukan oleh PT. Indofood menanggapi isu tersebut, Indofood selaku perusahaan yang memproduksi angkat bicara dan mengatakan bahwa isu mengenai indomie goreng palsu itu tidak benar Stefanus Indrayana General Manager Corporate Communication PT Indofood Sukses Makmur Tbk mengatakan itu tidak benar karena menurutnya mesin diperusahaan mempunyai variasi sehingga punya perbedaan dalam percetakan kemasan indomie. Hal itu juga menyebabkan urutan bumbu dalam indomie berbeda. Dan mengenai rasa yang berbeda, Stefanus menduga hal itu hanya persepsi dari konsumen saja, pasalnya konsumen tersebut kata dia membeli indomie dari dua tempat yang berbeda. Kajian Teori 1. Strategi Manajemen Krisis a Strategi Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “strategos” stratos = militer dan ag = memimpin, yang berarti “generalship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang. Secara umum, strategi sebagai cara mencapai tujuan. Strategi merupakan rencana jangka panjang untuk mencapai tujuan Ashshidiqy & Ali, 2019. Strategi terdiri atas aktivitas-aktivitas penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Michael Porter dalam artikelnya yang berjudul Competitive Strategy dalam Harvard Business Review, menyatakan bahwa strategi adalah sekumpulan tindakan atau aktivitas yang berbeda untuk mengantarkan nilai yang unik. Adapun ahli yang menegaskan strategi terdiri atas aktivitas-aktivitas yang penuh daya saing serta pendekatan-pendekatan bisnis untuk mencapai kinerja yang memuaskan 5 sesuai terget. Strategi sebenarnya didasarkan pada analisis yang terintegrasi dan holistik. Artinya, setelah strategi disusun, semua unsur yang ada dalam organisasi sudah presfektif jangka panjang, strategi dirumuskan untuk merealisasikan visi dan misi korporasi. b Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi–fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian. c Krisis Krisis adalah kejadian yang tidak diharapkan, berdampak dramatis, kadang belum pernah terjadi sebelumnya yang mendorong organisasi kepada suatu kekacauan chaos dan dapat menghancurkan organisasi tersebut tanpa adanya tindakan nyata Dwi Putri Loven, 2020. Terdapat lima tahapan dalam siklus hidup krisis yang harus dikenal dan dipahami adalah sebagai berikut  Tahap pre-crisis sebelum krisis Tahap ini adalah kondisi sebelum sebuah krisis muncul. Dari sini sudah terlihat benih-benih munculnya krisis yang kemungkinan akan terjadi.  Tahap warning peringatan Awal munculnya suatu masalah untuk pertama kalinya dikenali, apakah dapat dipecahkan, diakhiri selamanya atau dibiarkan berkembang menuju permasalahan yang lebih serius.  Tahap acute akut Pada tahap ini krisis mulai terbentuk publik mulai mengetahui adanya masalah dan akan menyebar luas kesemua penjuru sehingga reputasi perusahaan mulai memburuk. 6  Tahap clean-up pembersihan Waktu untuk memulihkan perusahaan dari kerugian. Agar perusahaan dapat kembali bangkit dari adanya krisis yang dialami Wijayanti, 2022.  Tahap post-crisis sesudah krisis Perusahaan mulai bereaksi untuk membangun strategi baru dan lebih menarik agar citra perusahaan kembali bangkit dan dikenal khalayak. Masa krisis adalah keadaan tertentu. Jika krisis dapat ditangani dengan baik dan tepat waktu maka akan mengarah pada keadaan membaik namun sebaliknya jika diabaikan atau tidak segera ditangani maka akan memburuk dan bahkan akan berakibat fatal Fitri et al., 2021. Krisis sebagai sebuah situasi yang tidak stabil dengan berbagai kemungkinan menghasilkan hasil yang tidak diinginkan. Jika organisasi mengalami situasi krisis, maka prosedur-prosedur normal tidak berjalan dengan baik dan akan kehilangan arah dan tujuan perusahaan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen krisis adalah merupakan suatu menajemen pengelolaan, penanggulangan, dan pengendalian krisis hingga pemulihan citra perusahaan corporate image recovery. Manajemen krisis melibatkan perencanaan dan tindakan yang terkoordinir dengan baik untuk mencegah terjadinya eskalasi krisis Nurfauzi, 2021. selain itu, para pengambil keputusan dalam tim manajemen krisis juga dilengkapi dengan informasi yang diperlukan dan rencana-rencana yang dapat digunakan dalam menghadapi dan menangani situasi krisis. 2. Public Relations Istilah Public Relations merupakan penggabungan dari dua kata yaitu, public atau masyarakat dan relations atau hubungan Fahri, 2017. Public relations atau humas hubungan masyarakat merupakan sesuatu yang belum begitu familiar, belum dikenal atau masih asing di telinga masyarakat. Adapun definisi Public Relations menurut para ahli 1. Menurut Cultip n Center, adalah fungsi manajemen yang menyatakan, membentuk, dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dengan berbagai macam public, dimana hal tersebut dapat menentukan sukses atau gagalnya organisasi. 7 2. Menurut Howard Bonham, public relations suatu seni untuk menciptakan pengertian public secara lebih baik, sehingga dapat memperdalam kepercayaan public terhadap suatu organisasi. 3. Menurut Frank Jefkins, public relations merupakan keseluruhan bentuk komunikasi yang terencana, baik itu keluar maupun kedalam, yakni antara suatu organisasi dengan publiknya dalam rangka mencapai tujuan yang spesifik atas dasar adanya saling pengertian. 4. Hermawan mengenai Public Relations adalah fungsi manajemen yang memiliki ciri yang terencana dan kontinu melalui organisasi untuk memperoleh pengertian, simpati, dan dukungan. Dari definisi di atas disimpulkan bahwa Public Relations adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan atau di kembangkan oleh seseorang organisasi, perusahan, dalam proses aktivitas yang bertujuan untuk menjalin komunikasi antara organisasi dan pihak luar organisasi Sumampouw et al., 2016. Dengan bertujuan menciptakan opini publik yang menguntungkan untuk kedua belah pihak dengan secara tepat dan terus menerus, yang menguntungkan kedua belah pihak, dan menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik, bertujuan menanamkan keinginan baik, kepercayaan saling adanya pengertian, dan citra yang baik dari publiknya. Public Relations bertanggung jawab untuk memberikan informasi, mendidik, meyakinkan, meraih simpati, dan membangkitkan masyarakat untuk menerima sebuah situasi agar dapat diterima kembali Chumaeson & Hartini, 2020. Strategi Public Relations dalam Merespons Krisis Perusahaan sebaiknya selalu memiliki rencana dalam menghadapi krisis dan menghindari keputusan yang justru akan membuat perusahaan terperosok lebih jauh dalam krisis Maulin Purwaningwulan, 2013. Mereka harus tahu skenario terburuk yang akan terjadi dan harus mempunyai contingency plan dalam menghadapinya. Apabila pencegahan krisis tidak berhasil maka menurut enam langkah berikut segera harus di ambil 1. Melakukan Penilaian yang objektif terhadap penyebab Krisis 2. Menentukan apakah penyebab terjadinya krisis memiliki dampak jangka panjang atau hanyalah fenomena sesaat. 8 3. Perhitungkan setiap kejadian dalam krisis dengan cermat sehingga setiap peristiwa yang terjadi dapat diantisipasi dengan baik. 4. Memusatkan perhatian pada upaya menyelesaikan masalah. 5. Memanfaatkan setiap peluang yang ada untuk memperbaiki keadaan. 6. Segera bertindak untuk melindungi cash flow perusahaan. Metodologi Metodologi penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif dengan bertumpu pada krisis yang dialami oleh PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. Penulis menggunakan Teknik simak dalam pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan melihat kasus boikotsariroti yang sempat ramai diperbincangkan. Penulis menganalisis kasus yang dialami oleh perusahaan sari roti dengan data yang diperoleh dari berita resmi. Hasil dan Diskusi Krisis adalah suatu hal yang dihindari oleh semua perusahaan dan organisasi. Dengan adanya krisis, tentu akan banyak dampak negatif bagi perusahaan tersebut. Salah satu dampak terbesar dari krisis yang akan dihadapi perusahaan adalah rusaknya reputasi perusahaan Lengkong et al., 2017. Ketika reputasi perusahaan sudah rusak tentu akan membuat perusahaan kehilangan arah dan tujuan dalam membangun sebuah usaha. Selain rusaknya reputasi, citra perusahaan juga akan memburuk tentu banyak khalayak ramai membicarakan tentang keburukan dari perusahaan tersebut. Setiap krisis tentu memiliki penyelesaian yang berbeda tergantung tingkat permasalahan yang perusahaan alami Yuanita, 2021. Kasus ini berawal dari miss communication yang terjadi pada internal PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk sebagai produsen Sari Roti. Seperti yang diketahui, sebenarnya Sari Roti tidak membagikan gratis produk mereka tetapi sebelumnya sudah ada pihak yang membeli produk tersebut melalui distributor dalam jumlah banyak, lalu pihak tersebut meminta untuk dibagi-bagikan pada saat aksi 212. Di sini seharusnya terjalin komunikasi antara produsen dan distributor. Distributor seharusnya memberikan informasi bahwa agen Sari Roti diminta untuk membagikan produk Sari Roti pada saat aksi 212. Hal ini menjadi penting karena logo perusahaan Sari Roti terpampang jelas. Membawa logo perusahaan pada momen yang besar 9 tanpa sepengetahuan perusaahan bisa membawa banyak dampak baik positif maupun negatif. Dalam kasus ini, Sari Roti mendapatkan dampak negatif. Kesalahan pihak Sari Roti adalah komunikasi yang terjalin antara produsen dan distributor tidak terjalin dengan baik. Padahal, jika terjalin komunikasi yang baik krisis seperti ini sangat bisa dihindari. Bagi-bagi Sari Roti gratis mungkin bisa tetap dilaksanakan tanpa membawa logo perusahaan atau mungkin akan ada jalan tengah lainnya yang bisa dipilih jika antara produsen dan distributor ada komunikasi mengenai hal ini sebelum aksi 212 berlangsung. Kasus BoikotSariRoti tidak hanya sekedar cuitan masyarakat di media sosial. Banyak pihak benar-benar memboikot produk Sari Roti. Mereka yang awalnya rutin membeli produk Sari Roti pun rela tidak membeli produk tersebut. Beberapa warung, mini market, bahkan sekolah pun menolak menjual produk Sari Roti. Mereka menempelkan kios mereka dengan tulisan “Tidak menjual produk Sari Roti”. Kalaupun ada produk Sari Roti pada kios tersebut itu hanyalah produk sisa yang dikirimkan sebelum terjadi keributan BoikotSariRoti di media sosial. Pihak Sari Roti pada dasarnya mengeluarkan press release ditujukan untuk meredam situasi pro dan kontra yang sedang memanas di masyarakat. Press release yang seharusnya menjadi senjata baik pada saat krisis ini ternyata menjadi bumerang balik kepada pihak Sari Roti. Publik malah semakin menjadi-jadi untuk menggaungkan BoikotSariRoti karena hadirnya press release tersebut. Gambar 1. Press release yang dikeluarkan oleh perusahaan Sari Roti 10 Adapun cuitan dari netizen mengenai boikotsariroti melalui Twitter sebagai berikut “Kalo bukan krn pembeli dari kalangan muslim, sari roti tak bakal exist di indo,, tapi kok kurang ajar. mari boikot BoikotSari Roti” “Dengan ketakutannya pabrik sari roti, mengindikasikan sari roti mendukung Ahok, boikotsariroti” “Hmmm bukannya bersyukur jd bagian 212 malah begitu ya...cukup tau ya... gak akan beli sari roti lagi boikotsariroti” Reputasi Sari Roti yang sebelumnya baik di masyarakat menjadi buruk karena adanya press release tersebut. Hal ini mempengaruhi penjualan Sari Roti. Pemboikotan membuat penjualan Sari Roti menurun dan banyak pihak juga yang tidak lagi simpati pada Sari Roti. Hal ini tentu membuat perusahaan sari roti harus dapat memulihkan krisis ini karena sangat berpengaruh terhadap masa depan perusahaan sari roti ini. Maka dari itu, penting bagi perusahaan untuk melakukan beberapa hal untuk menyelesaikan krisis ini. Adapun Strategi yang dilakukan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. dalam menangani krisis yang terjadi adalah dengan melakukan rebranding merubah kemasan. Pembaharuan produk diharapkan dapat memberikan pandangan baru yang positif di masyarakat terhadap Sari Roti. Sari Roti melakukan rebranding dengan melakukan penggantian design kemasan, dan juga mengeluarkan 20 jenis varian rasa terbaru yang siap dipasarkan, Sari Roti dapat melihat peluang dimana Sari Roti harus melakukan inovasi agar masyarakat tertarik dengan produk-produk Sari Roti. Dengan adanya rebranding yang dilakukan pihak Sari Roti terbukti berhasil dengan naiknya kembali penjualan Sari Roti. Selain itu, nama Sari Roti di masyarakat juga semakin melejit. selain melakukan rebranding PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. juga mengadakan kegiatan sosial seperti penyuluhan gizi kepada anak-anak diberbagai sekolah mengenai pentingnya sarapan sehat, serta pengobatan gratis. Kegiatan tersebut diharapkan mampu mengembalikan Kejadian yang menimpa sepatutnya dijadikan sebagai pelajaran dan bahan evaluasi bagi diri perusahaan, bahwa kedepannya pihak perusahaan harus mampu untuk lebih jeli dalam melihat situasi agar tidak gegabah ketika akan mengambil sebuah keputusan untuk melakukan suatu tindakan. 11 Kesimpulan Krisis merupakan hal yang tidak terduga kedatangannya bisa kapanpun dan di manapun. Krisis dalam sebuah perusahaan menjadi titik terendah bagi perusahaan untuk dapat mengembalikan citra perusahaan kembali baik seperti semula. Pengelolaan krisis seharusnya dilakukan sejak awal berdirinya perusahaan agar semua terkendali dan dapat langsung perusahaan atasi. Public relations memiliki peran dan fungsi penting dalam merencanakan program persiapan krisis, manajemen krisis itu sendiri pada waktu terjadi krisis dan strategi setelah krisis selesai ditanggulangi. Sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan mengenai hal yang akan dilakukan pada perusahaan agar citra perusahaan kembali membaik. Adapun kasus yang dihadapi oleh perusahaan Sari Roti mengenai boikotsariroti membuat reputasi perusahaan dan citra perusahaan dipandang buruk oleh khalayak. Berawal dari adanya miss communication dari pihak perusahaan Sari Roti sampai ramai di media sosial mengenai press release yang dikeluarkan oleh perusahaan Sari Roti membuat kritis perusahaan semakin rumit. Tetapi perusahaan sari roti dapat memulihkan krisis yang dialami dengan mengambil berbagai tindakan yang dilakukan seperti merubah kemasan, menambah produk varian yang beraneka ragam dan melakukan penyuluhan gizi kepada anak-anak diberbagai sekolah mengenai pentingnya sarapan sehat, serta pengobatan gratis. Hal ini berhasil dilakukan oleh perusahaan Sari Roti sehingga reputasi perusahaan Sari Roti tetap dapat dipertahankan hingga kini dan penjualan produk sari roti kian meningkat. 12 Daftar Pustaka Ashshidiqy, N., & Ali, dan H. 2019. View of PENYELARASAN TEKNOLOGI INFORMASIDENGAN STRATEGI BISNIS. Chumaeson, W., & Hartini, S. 2020. View of AKTIVITAS HUMAS DPD RI DALAM MENYAMPAIKAN INFORMASI PUBLIK MELALUI MEDIA RELATIONS. Dwi Putri Loven, M. C. dan ayub. 2020. Crisis Management Public Relations of PT KAI Commuter Jabodetabek on Handling KRL Cross Accident September 2015 JCommsci - Journal Of Media and Communication Science. Fahri, L. M. 2017. Strategi Marketing Public Relations Go-Food dalam Pembentukan Citra Perusahaan di Kota Surabaya. Fitri, N., Karim, A., & Rachmawati, F. 2021. Strategi Komunikasi Krisis Maskapai Penerbangan di Indonesia Studi Analisis Komunikasi Krisis Adam Air , Air Asia dan Sriwijaya Air dalam Menghadapi Krisis Kecelakaan Pesawat melalui Prespektif Komunikasi Islam pesawat yang paling banyak menimbulkan k. 1, 89–104. Laraswati, M. mercia danRaqhuel V. P. E. dan A. P. P. 2021. View of STRATEGI KRISIS KOMUNIKASI PT. NIPPON INDOSARI CORPORINDO TBK SARI ROTI PADA KASUS BOIKOTSARIROTI. 10. Lengkong, S. L., Sondakh, M., & Londa, J. W. 2017. STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM PEMULIHAN CITRA PERUSAHAAN STUDI KASUS RUMAH MAKAN KAWAN BARU MEGAMAS MANADO Lengkong ACTA DIURNA KOMUNIKASI. Maulin Purwaningwulan, M. 2013. PUBLIC RELATIONS DAN MANAJEMEN KRISIS - 13 Repository UNIKOM. Nurfauzi, E. dan A. dan S. M. 2021. Manajemen Krisis Satgas Penanggulangan Bencana PT. Banten Wet Java Tourism Development Nurfauzi Indonesian Journal of Tourism and Leisure. Rohayati. 2018. STRATEGI DAN TAHAPAN MANAJEMEN KRISIS DALAM KAJIAN PUBLIC RELATIONS SEBUAH TINJAUAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM Rohayati An-Nida’. Sumampouw, C. F., Himpong, M., & Tulung, L. 2016. STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MEMPROMOSIKAN SWISS-BEL HOTEL MALEOSAN MANADO Sumampouw ACTA DIURNA KOMUNIKASI. Wijayanti, Y. T. 2022. Manajemen Komunikasi Krisis Desa Wisata Pulesari dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. JCommsci - Journal Of Media and Communication Science, 51, 26–40. Yuanita, D. 2021. Peran key opinion leader dalam strategi public relations pada komunikasi krisis perusahaan. PRofesi Humas Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, 61, 23. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Yani Tri WijayantiThe Covid-19 Pandemic that has hit Indonesia for the last two years has had an impact on all sectors of life, including the tourism sector. The impact is felt in the tourist villages, one of which is Pulesari Tourism Village. A very significant decline in tourist visits since March 2020, even having to close for a few months, has an impact on the economic condition of the surrounding community, because this tourist village is managed by the community themselves. The Pandemic is one of the causes of the crisis. This study aims to find out how tourism village crisis communication management is in the face of the covid-19 pandemic. the well as analysis of crisis management, the right strategy is an adaptive strategy. For crisis communication management, there are three main principles in crisis communication, namely speed of conveying messages, consistency, and openness. Crisis communication management can be done by tourism village managers is by developing communication strategies, delivering messages regularly, optimizing communication channels by utilizing social media, and providing input to KomunikasiKrisis MaskapaiPenerbangan Di IndonesiaIslamp>Strategi komunikasi krisis diperlukan untuk perusahaan dalam menghadapi krisisnya apakah tetap bertahan atau gagal. Krisis datangnya tiba-tiba, tidak bisa diprediksi sebelumnya. Bagi maskapai penerbangan, krisis yang paling mengerikan adalah terjadinya kecelakaan pesawat terbang. Jika pengelolaan komunikasi krisisnya tidak baik bisa berakibat fatal yaitu gulung tikar seperti apa yang dialami oleh Maskapai Adam Air. Tujuan dari tulisan ini adalah membandingkan beberapa komunikasi krisis yang dilakukan oleh maskapai penerbangan Indonesia yang pernah mengalami kecelakaan pesawat yaitu Adam Air, Air Asia dan Sriwijaya Air. Selain mengetahui strategi komunikasi krisis juga akan dibahas manajemen krisis dan peran public relations dalam mengelola krisis tersebut dan memulihkan reputasi perusahaan. Hasil penelitian yang diperoleh adalah strategi komunikasi yang dilakukan oleh Air Asia dan Sriwijaya Air dapat menangani krisis dengan baik. Air Asia berhasil mengembalikan citra baik perusahaan sedangkan Sriwijaya Air masih dalam tahapan pemulihan krisis karena krisis yang daialami Sriwijaya Air lebih kompleks dan masih dalam masa Pandemi. Beberapa Langkah yang dilakukan adalah membuat media center untuk mempermudah komunikasi dan informasi satu pintu untuk keluarga korban dan media. Penyampaian komunikasi krisis yang dilakukan oleh Sriwijaya Air dan Air Asia sesuai dengan prespektif komunikasi Islam. ABSTRACT A crisis communication strategy is needed for the company in the face of its crisis whether it persists or fails. The crisis came suddenly, unpredictably before. For airlines, the most dire crisis is the occurrence of aircraft accidents. If the management of crisis communication is not good it can be fatal, namely what kind of rollout experienced by Adam Air Airlines. The purpose of this paper is to compare some crisis communication conducted by Indonesian airlines that have experienced plane accidents, namely Adam Air, Air Asia and Sriwijaya Air. In addition to knowing the crisis communication strategy will also be discussed crisis management and the role of public relations in managing the crisis and restoring the reputation of the company. The results of the research obtained are communication strategies conducted by Air Asia and Sriwijaya Air can handle the crisis well. Air Asia managed to restore the company's good image while Sriwijaya Air is still in the crisis recovery stage because the crisis that is experienced by Sriwijaya Air is more complex and still in the pandemic period. Some steps are done is to create a media center to facilitate communication and information one door for the victim's family and the media. The delivery of crisis communication conducted by Sriwijaya Air and Air Asia in accordance with the perspective of Islamic communication. Keywords Crisis Communication, Crisis Management, Imagery, Plane Crash Kata Kunci Komunikasi Krisis, Manajemen Krisis, Citra, Kecelakaan Pesawat
pertanyaan kritis tentang public relations
Pertanyaandiskusi tentang Marketing Public relation Kinh_thuyet2022 3 months ago 5 Comments Home Manajemen Pemasaran Konsep Marketing Public Relations (Mpr) : Definisi Dan Tugas Marketing Public Relations Related PapersDalam ilmu komunikasi, penelitian terhadap fenomena-fenomena atau realitas komunikasi terus mengalami perkembangan dari masa ke masa sehingga melahirkan tradisi-tradisi komunikasi yang unik. Menurut Craig—seorang profesor komunikasi Universitas Colorado, sebagaimana ditulis dalam Teori Komunikasi Individu Hingga Massa 2015, ilmu komunikasi memiliki iri atau sifat yang selalu diwarnai dengan berbagai teori dan sudut pandang perspektif. Robert Craig berhasil memetakan ilmu komunikasi ke dalam tujuh 7 bidang tradisi dalam teori komunikasi yang disebut sebagai 7 tradisi Griffin, 200022-35 , yakni Tradisi Sosiopsikologi, Tradisi Sibernetika, Tradisi Sosiokultural, Tradisi Fenomenologi, Tradisi Semiotika, Tradisi Retorika, dan Tradisi Kritis. untuk membaca dalam tampilan "buku digital" bisa klik Fenomena Public Relations Menggunakan Teori-teori Public RelationsFinsensius Yuli Purnama, Effy Paud, Masduki Baseran, Rino F E B R I A N N O Boer, Hasyim Widhiarto, Irwan Irs, Hasmah Zanuddin, Dadi Ahmadi, Sri Sediyaningsih, Heintje Hendriek Daniel Tamburian, Endah Murwani, Yesi Puspita, Nieke Monika, Yuli Widya Madala Surabaya, Djudjur Luciana, Nina Widyawati, Damayanti Wardyaningrum, Wirawan Respati, Eki Baihaki, Rahmat Edi Irawan Rei, Choirul Fajri, Indiwan seto wahjuwibowo, Irwansyah Irwansyah, Dorien Kartikawangi, Suzy Azeharie, Sevly Putri, Melati Putri, inong surayaProsiding Seminar Nasional Ilmu Komunikasi yang dilaksanakan di Padang Sumatera Barat mengangkat tema komunikasi Politik 2014Discourse analysis atau analisis wacana merupakan sebuah metodologi penelitian kualitatif yan sebenarnya juga daat dilakukan secara kuantitatif. Dalam satu-dua dekade terakhir telah bermunculan beberapa riset bidang kesehatan yang mengaplikasikan discourse Bagi umat Islam al-Qur'an merupakan kitab suci yang berisi petunjuk tanpa keraguan, 1 petunjuk kepada jalan yang paling lurus, 2 pembimbing kepada kebenaran, 3 serta penjelas terhadap segalah sesuatu. 4 Meski demikian keyakinan saja ternyata tidaklah cukup, sebab al-Qur'an sebagai petunjuk tidaklah proaktif memberi petunjuk layaknya manusia. Manusialah yang bertanggung jawab membuat al-Qur'an aktif berbicara sehingga ia berfungsi sebagai petunjuk. Agar al-Qur'an proaktif memberi petunjuk kepada umat manusia ke jalan yang benar, para pemikir muslim pun melakukan pembacaan terhadapnya untuk menggali pesan petunjuk tersebut. Meski tujuannya sama, pembacaan tersebut tidak lantas dengan sendirinya melahirkan pemahaman yang sama terhadap al-Qur'an. Ketidaksamaan pemahaman itu tidak hanya dilatari perbedaan latar belakang sosial mereka, tetapi juga pendekatan yang dipakai dan ideologi yang mendasarinya. 5Abtract Contemporary popular discourses about Islam, shari'a and Islamic law in the West is often filled with the issues of terrorism, anti-democracy, human rights violation and women's minor status in Islam, which all lead into negative perception. Unlike such popular views, Western scholars perceive shari'a from various perspectives. They are quite critical to shari'a in a positive sense. This article discusses Western scholarly discourses on shari'a by comparing the thoughts and works of two most prominent figures, Wael B. Hallaq and M. Barry Hooker, who always concern with shari'a, Islamic law and related social issues, such modernity, colonialism and legal system. Based on the model of the study of public figure and grounded its main data on Hallaq's and Hooker's main work, this study shows that these two scholars promote idealistic and contextual perception on shari'a. From the ideal point of view, shari'a is seen a product of scholarly independent work by Muslim jurists, whose authority now is unfortunately taken over by the state. The contextual view regards shari'a as flexible Islamic religious or legal norms that are adaptable to the changing social and political environments so they are easily transferrable into the educational, legal and political system in a country like Indonesia, entailing what is called " national mazhab ". Wacana populer kontemporer tentang Islam, syariat dan hukum Islam di Barat didominasi oleh isu-isu tentang terorisme, anti demokrasi dan pelanggaran hak asasi manusia sampai status minor perempuan dalam Islam, yang memunculkan kesan kurang baik. Berbeda dengan persepsi populer, kalangan sarjana di Barat melihat syariat dari sudut pandang yang beragam. Meskipun tidak dipungkiri
Denganbegitu, perusahaan akan semakin bisa mengatisipasi pertanyaan media dan stakeholders lainnya. • Memantau berbagai media, baik tradisional maupun media baru (social media). • Melakukan update kepada manajemen secara kontinyu seusai rapat evaluasi, sehingga semua tim memiliki pemahaman yang sama.
You know what's ironic? That we can spread information over the web through a quiz, and yet we have quizzes on that exact thing! That's right; this one is on public relations. Do you know your do's from your public forum don'ts? Can you tell what should be done and said online as opposed to in person or in a book? Are you the regular PR person in your group, who keeps the peace between your friends and other people they may have offended? Well then prove it; prove that you know what to say, when and how. Answer questions about speaking to individuals, groups or mass media. Answer why a person will take offense at your eyes, or why a group likes your smile! It's up to you to keep the peace, and to prove to your friends that you can! Top Trending Quizzes Do you understand Public Relations well? Do you know publicity and public relations are two different entities? Take this public relations trivia quiz with well-researched questions and answers to test your knowledge.... Questions 10 Attempts 4247 Last updated Aug 25, 2022 Sample Question What is a news story about a special event, a celebrity guest, a new promotional program, or other interesting topics that are sent to the news media in hopes that it will generate an article, an interview, or other media attention? Public relations Summary sheet News Release Fact sheets Answer these questions based on your reading Questions 8 Attempts 1502 Last updated Mar 22, 2022 Sample Question The essence of public relations is To create meaningful conversations with others To create and maintain an effective operating environment To discuss important topics and issues in front of large audiences To look professional This test is aim at testing your understanding on the lesson objectives learn on Module 1 of the course you are currently taking Questions 20 Attempts 141 Last updated Mar 22, 2022 Sample Question A PR is responsible for building the reputation and ___________ of an organization Interest Outlook Business Structure You may have heard the term “Public Relations” PR at work or even on TV at some point, and if you don’t know what it means, PR is the practice within a company of managing the spread of information between the... Questions 18 Attempts 1047 Last updated Mar 21, 2022 Welcome to the 2009 PRSA Ethics Quotient EQ Exam. This test has been developed to help public relations practitioners assess their sensitivity and knowledge of professional standards, according to the PRSA Member... Questions 14 Attempts 287 Last updated Mar 22, 2022 Sample Question You work for a cosmetics company that specializes in marketing its products through department stores and a growing network of “Tupperware”-like parties run by the consultants who work in your department store settings. One of the most successful sales people is Emily Wilson who for reasons only she knows, after getting a in psychology from a Midwestern university, chooses to work in one of your cosmetic departments. She is very good and a great relationship builder with customers. In fact, many customers call her “Doc.” A local television station calls and asks about her and her credentials. The reporter seems to think it is pretty cool to have someone like her in a department store cosmetics department. They want to interview customers to see if they really know why she is called “Doc.” What is the biggest issue you face in talking about this woman and her success? Which provisions of the PRSA Code of Ethics are affected? Select all that apply. Deception Disclosure Moral issues Phantom experience Popular Topics Recent Quizzes . Questions 33 Attempts 509 Last updated Mar 22, 2022 Sample Question What is a news story about a special event, a celebrity guest, a new promotional program, or other interesting topics that are sent to the news media in hopes that it will generate an article, an interview, or other media attention? Public relations Summary sheet News release Fact sheets Get your Company's PR profile Questions 7 Attempts 193 Last updated Mar 22, 2022 Sample Question Does your company have a Communications/Public Relations team? Yes No THIS IS A TRAINING QUIZ FOR THE CITY OF OTTAWA PARKS AND WADING POOL PROGRAM. This quiz conists of nine questions containing both true and false and multiple choice questions. Please answer by selecting the appropriate... Questions 9 Attempts 1114 Last updated Mar 22, 2022 Sample Question Which of the following are general Public Relations objectives for our program? To publicize the educational and recreational facilities available. To encourage maximum use of the wading pool site in serving the community. To promote the role of staff, enabling them to deliver effective service and leadership. To seek the cooperation of patrons in the interest of their own safety and the safety of others. All of the above. Olehkarena itu, paparan mengenai literasi public relations dalam tulisan ini bertujuan untuk menjawab tiga pertanyaan, yaitu: 1. Apakah itu literasi public relations? 2. Mengapa perlu literasi public relations? 3. Bagaimana implementasi literasi public relations? Pembahasan Definisi dan Arti Penting Literasi Public Relations 1. Apa yang menjadi faktor penentu praktek Public Relations? Hasil riset menyebutkan ada 4 faktor penentu praktek PR dalam organisasi. Persepsi Manajemen terhadap PRBudaya OrganisasiKualitas praktisi PRAda tidaknya pressure group Pakar PR menyatakan bahwa jika manajemen menganggap PR itu penting, maka dia akan diposisikan sebagai unit yang penting dalam struktur organisasi. Sebaliknya, apabila manajemen menganggap peranan PR itu kecil, maka dia akan diposisikan sebagai unit kecil saja dan kontribusinya juga tidak akan berarti/kecil. Dalam prakteknya, yang lebih menentukan adalah akses PR kepada top management, bukan hanya posisinya dalam struktur organisasi. Budaya organisasi menentukan kiprah PR. Sejauh Mana dia diberikan peluang atau kewenangan untuk mengembangkan potensinya. PR hanya dapat berkembang dalam organisasi dengan budaya yang terbuka, artinya dalam keseharian, dimungkinkan terjadinya dialog – yang dapat menghasilkan kesefahaman. Hubungan atasan dan bawahan dan antar sesama karyawan dilakukan atas dasar partnership, bukan otoriter dan kaku dalam bentuk perintah semata. Dalam budaya yang terbuka, PR dapat memberikan masukan tanpa ada rasa takut atau khawatir dipersalahkan. Kualitas praktisi PR juga sangat menentukan efektivitas dan kontribusi peran dan fungsi PR ini. Dia harus faham nilai nilai perusahaan yang menjadi pegangan utama kegiatan komunikasi yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Kualitas terdiri dari kemampuan melaksanakan tugasnya, kreativitas termasuk integritas dirinya sendiri. 2. Mengapa orang awam masih mempertanyakan istilah public relations’ dan sering diartikan sebagai sarana promosi dan publikasi lembaga? Dalam banyak kasus ditemukan perjuangan praktisi PR untuk menjelaskan istilah PR, peran dan fungsinya kepada atasannya, karena keterbatasan pemahaman manajemen atau petinggi organisasi terhadap profesi yang masih dianggap baru berkembang ini. Istilah public relations dapat dijabarkan sebagai suatu komunikasi yang strategis, terarah kepada publik tertentu yang dikomunikasikan dengan berbagai saluran komunikasi agar terjadi perubahan sikap. Public relations berbeda dengan komunikasi massa. Sasaran utama praktek PR adalah perubahan sikap publik. Dari yang tidak tahu, menjadi tahu. Dari yang tidak suka menjadi netral kemudian diharapkan setelah ada pemahaman melalui komunikasi terbuka, dialog atas dasar kesamaan posisi, kemudian dapat diharapkan dukungan, memberitakan dan merekomendasikan kepada orang lain tentang suatu kebijakan untuk lembaga/pemerintahan atau pembelian produk / destinasi / jasa – yang dilakukan dalam bentuk aktivitas komunikasi atau event. 3. Apakah ada perbedaan istilah “Humas” dengan “Public Relations” berpengaruh dalam prakteknya sehari-hari? Istilah Humas sering diasosiasikan sebagai praktek komunikasi di lembaga pemerintahan dengan konotasi peran yang cenderung lebih teknikal seperti keprotokolan, dokumentasi, kliping berita dan komunikasi dengan media dan diseminasi informasi. Dalam konteks ini, peran dan fungsi lebih sebatas reaktif’, menanggapi opini publik yang mungkin keliru karena terjadinya distorsi komunikasi. Sementara istilah public relations, banyak digunakan di lembaga swasta. Dalam perkembangannya, istilah ini kurang difahami dan seringkali dipersepsikan negatif, dianggap mengandung pengertian yang kurang baik, misalnya istilah purel’, sehingga sejak tahun 1990an di Indonesia dikenal dengan istilah corporate communication’ disingkat corcom’. Konotasi positif atau negatif terhadap istilah ini sebenarnya bukan merupakan kendala – karena pada prakteknya yang dinilai adalah hasil kerja Humas, PR atau CorCom ini – apakah hanya sebatas pemadam kebakaran, penyambung lidah pimpinan, atau sebagai jembatan organisasi dengan konstituennya yang intinya sebagai strategic counselor’ terhadap organisasi dimana praktisi berkarya. Untuk itu, PR harus bersikap proactive’ untuk memberikan pemahaman kepada publik sehingga mendapatkan kepercayaan publik. 4. Humas atau public relations merupakan profesi terbuka Ananto, 2001 yang dinyatakan oleh 90% responden penelitian sederhana yang melibatkan 270 praktisi. Artinya, siapa saja dengan berbagai latar belakang dapat menjadi praktisi dalam bidang ini. Apakah ini menjadi trend di dunia dan di Indonesia ? Banyak penelitian mengenai latar belakang praktisi di bidang public relations ini yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tuntutan kerja seorang praktisi, semakin diperlukan pemahaman dan keterampilan yang lebih dari dari sekedar kurikulum yang diajarkan di sekolah. Disini kemudian muncul istilah generalist’ dan specialist’ dan kalau di organisasi praktisi public relations dunia dimana saya berkembang, dikenal istilah professional’ untuk mereka yang memahami ilmu dan praktek PR, serta mereka yang menderung masuk ke dunia ini tanpa latar belakang ilmu disebut sebagai enthusiastic amateur’. Di Indonesia, sedang dicoba melalui pendidikan Lembaga Sertifikasi Profesi LSP yang memberikan pengakuan terhadap pengetahuan, kemampuan dan keahlian seseorang. Sertifikasi memang diperlukan untuk mencari pekerjaan – tetapi tidak dapat digunakan untuk meyakinkan lingkungan, terutama atasan dimana kita bekerja, karena pada dasarnya kompetensi di lapangan’ yang paling dicari dan dinilai bukan Sertifikasi. Sertifikasi hanya merupakan ticket to ride’ – tetapi bagaimana menjadi the most effective rider adalah persoalan yang lain. 5. Praktek PR yang konservatif tidak dapat menjawab kompleksitas permasalahan yang terjadi. Apa tantangan praktisi PR di era digital sekarang ini? Indikator apa yang menyatakan bahwa seorang PR dapat disebut sebagai professional? Semua potensi praktisi perlu dikerahkan untuk dapat mengikuti tantangan dampak dari keterbukaan informasi dan perkembangan teknologi komunikasi yang secara signifikan merubah pola komunikasi organisasi secara keseluruhan. Indikator yang jelas dapat dilihat apakah ada unsur Kode Etik Profesi PR yang dilanggar dalam menjalankan praktek PR, atau tabrak saja’ karena tidak tahu, adanya tuntutan atasan, pasar atau target pencapaian nilai ekonomi. Praktisi PR yang profesional, akan patuh pada Kode Etik Profesi. Di Negara maju, setidaknya dalam organisasi profesi PR dunia, dimana saya berkembang, pelanggaran terhadap kode etik ini dapat mengiring seorang anggota untuk 1 diperingati 2 dibekukan keanggotaannya dan 3 diberhentikan sebagai saja, misalnya menyebarkan berita yang sifatnya provokatif, ber-politik, memberi uang suap, memanfaatkan fasilitas yang bukan haknya. Sayangnya, di Indonesia, Kode Etik Kehumasan baru sebatas wacana – belum benar benar diterapkan pada Anggota. Sejak 1992, belum pernah ada seorang praktisi PR kena sanksi Kode Etik. Siapa yang berani mulai? 6. Berbagai kendala dihadapi oleh praktisi PR antara lain dengan atasannya yang kurang memahami peran dan fungsi PR. Bagaimana cara mempersempit kesenjangan antara potensi praktisi PR yang terhambat karena faktor internalnya? “Kami tahu apa yang harus kami lakukan, akan tetapi kendala birokrasi menghambat tugas kami sehingga ya sudah, terserah atasan maunya apa”. Dimanapun di dunia ini, yang namanya atasan – selalu merasa lebih tahu daripada bawahannya. Rasa lebih tahu ini secara perlahan tapi pasti dapat mulai dikurangi melalui pendekatan persuasif dalam bentuk komunikasi yang sifatnya advocacy – berupa story telling, atau analisa kasus terhadap peristiwa yang terjadi pada lembaga lain biasanya pesaing dan bagaimana strategi komunikasi yang sebaiknya dilakukan, sehingga dapat keluar dari permasalahan yang dihadapi exit strategy. Pendekatan rapport’ dengan atasan ini, perlu dilakukan secara sistematis dengan memperkenalkan early warning system’ yang merupakan peran penting dalam praktek kehumasan. Biasanya praktek PR yang manajerial dan strategis, baru dapat dibentuk, jika terjadi krisis. Cara lain dengan mengadakan praktek simulasi / role play yang dihadiri oleh pimpinan organisasi what if”, yang dapat disisipkan dalam acara tahunan yang dilakukan dalam suasana santai – tapi ada key message’ yang terarah kepada top manajemen – sehingga diharapkan adanya pemahaman mengenai peran dan fungsi PR yang lebih strategis. 7. Apakah semua lembaga harus memiliki Humas yang strategis? Lembaga atau organisasi yang berfungsi hanya sebatas memberikan pelayanan kepada masyarakat lebih mementingkan diseminasi informasi kepada publik yang berkepentingan. Jika tidak banyak terdapat perubahan kebijakan, tidak banyak terjadi gejolak – diperlukan Humas sebatas memberikan pelayanan informasi. Semakin tinggi tingkat kepentingan publik terhadap keberadaan lembaga itu, semakin diperlukan Humas yang manajerial dan strategis – untuk mengantisipasi reaksi publik atas kebijakan baru yang akan tinggi tekanan dari pihak luar, biasanya – peran dan fungsi PR semakin dituntut ke arah yang managerial dan strategis. Semakin banyak perubahan dan tekanan terhadap perusahaan, semakin tinggi tuntutan terhadap praktek PR ke arah yang lebih manajerial dan strategis. Dalam era digital ini – sudah saatnya semua organisasi, baik pemerintah maupun swasta – tidak lagi menerapkan Humas yang konvensional protocol, dokumentasi, klarifikasi berita, press clipping dan sebagainya. Penguasaan media terutama media sosial perlu dimiliki oleh praktisi Humas, karena opini publik dapat berkembang yang dipicu dengan hanya satu foto atau tulisan di FB – yang dapat memungkinkan terjadinya sentimen publik dan berpotensi menjadi trending topic di media sosial dalam kalangan tertentu. Karena itu, diperlukan praktisi PR yang peka dan positioning – sehingga tidak menjadi kontradiksi antara nilai perusahaan dengan kelakuan pribadi praktisi PR nya. 8. Apa indikator / ukuran keberhasilan praktik PR? Banyak praktisi yang kurang memahami bahwa target kegiatan PR yang sebenarnya adalah merubah sikap publik’. Perubahan sikap publik ini tidak semata mata dapat dilakukan melalui iklan jor joran, jumpa pers yang berkali-kali, kampanye heboh di media terutama televisi dengan biaya yang aduhai. Tergantung di tahap mana kita mau mengevaluasi keberhasilan praktek PR apakah dari banyaknya media komunikasi yang dihasilkan, banyaknya kegiatan, besarnya anggaran yang digunakan atau sejauh mana kegiatan PR dapat merubah sikap publik. Sebagai ilustrasi jika yang diharapkan adalah merubah sikap publik, perlu satu rangkaian strategi pencapaian kearah yang diharapkan – kampanye yang terarah, terprogram dan berkesinambungan. Untuk korporat bisnis’ – indikator keberhasilan program adalah memperkecil kesenjangan antara harapan pimpinan lembaga dan harapan publik yang dapat dipenuhi oleh lembaga. Ukuran keberhasilan praktek PR hanya dapat diperoleh melalui Riset – yang dilakukan sebelum, di tengah dan sesudah program komunikasi dilakukan. Sejauh Mana terjadi perubahan kearah perbaikan trend, ratio, presentasi – yang diukur secara kuantitatif. Keberhasilan untuk menyajikan data secara kuantitatif inilah yang pada umumnya merupakan kendala praktisi PR untuk meyakinkan atasannya, sejauh mana PR memberikan kontribusi finance dan non finance kepada organisasi. Profesional PR harus dapat berbicara kepada manajemen dengan hard fact’ dalam bahasa Manajemen atau ROI. bukan ilusi, emosi atau asumsi. Posted in Majalah PR Indonesia CriticalPublic Relations adalah perspektif baru yang belum banyak berkembang di Indonesia. Buku ini hadir sebagai referensi baru kajian pendekatan kritis pada Public Relations dan Manajemen Krisis, seperti: Isu & Crisis Management: Teori dan Praktik; Public Relations Kritis (Critical Public Relations) Riset Public Relations & Crisis Management Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ketika Sosial Distancing diterapkan oleh Pemerintah tentu semua aktivitas sebatas dapur, sumur, kasur. Hal ini sangat berbenturan dengan orang-orang yang biasa sibuk bekerja di luar rumah atau menyiasati kejenuhan tersebut salah satunya dengan menulis atau mengikuti diskusi online, juga mencari alternatif lain dengan memanfaatkan fasilitas teknologi, cara ini sedikit membantu meringankan kebosanan lain pihak, vendor-vendor internet mengalami lonjakan selangit, pasalnya untuk sekarang semua interaksi langsung terbatas, salah satu cara memanfaatkan fasilitas teknologi, ya internet tentunya. Dalam diskusi tersebut pun memanfaatkan fasilitas teknologi, tanpa bertatap muka. Diskusi sendiri mengusung tema, "Tantangan Public Relation Pada Situasi Krisis Coronavirus" bersama Ishaq Rahman Kepala Humas Unhas dipandu Hidayat Doe, Pengurus Rumah Produktif Indonesia Sulawesi Selatan. Jumat 27/3/2020.Sebelumnya telah diulas panjang lebar, nah untuk kali ini penulis mencoba mengutip pertanyaan dari peserta diskusi, sekaligus satu pertanyaan tersebut berbunyi demikian, turut prihatin atas Wabah Corona yang melanda negeri ini. Tanpa pandang bulu pangkat dan jabatan, virus ini begitu ekstrem menjalar dari manusia satu ke manusia lain, tidak hanya positif terpapar Covid-19, bahkan nyawa pemerintah untuk belajar, bekerja dan beribadah dari rumah tidak efektif efektif, pasal tetap saja masih ada yang membandel. Apa karena tidak ada monitoring dan evaluasi, atau merasa dirinya kebal. Sebagai praktisi Humas bagaimana menyikapi hal tersebut? Selain itu, penanya juga merasa miris menyaksikan pemberitaan melonjaknya harga masker, membuatnya langka, ditengah kelangkaan tersebut masih saja ada orang-orang mencari kesempatan dalam kesempitan dengan mengeruk keuntungan pribadi dan golongannya. Sebuah fenomena musiman yang mengerikan. Melihat fenomena ini, kira-kira apa solusi dari narasumber?Penanya berikutnya menuturkan, selama menjadi humas, hal pertama apa yang terfikirkan untuk disampaikan ke publik, yang mana ada banyak pihak yang terpengaruh dari info yang nantinya akan narasumber sampaikan?Selanjutnya, bagaimana pertimbangannya jika informasi yang ingin disampaikan ke publik memiliki sifat bertolak belakang antara kepentingan lembaga dan kepentingan publik? 1 2 3 4 5 Lihat Humaniora Selengkapnya manajemenisu adalah suatu proses manajemen yang bertujuan untuk membantu : 1. Menjaga hubungan organisasi baik internal maupun eskternal, 2. Mengurangi resiko, 3. Mencipatkan peluang dan 4. Mengelola citra sebagai aset organisasi/perusahaan baik untuk kepentingan organisasi itu sendiri maupun para stakeholder. B. Rumusan masalah 1.
Oleh Syaiful Azhary NIM 156120200111004 Tulisan ini berisi hasil review saya terhadap Jurnal “Public Relations Internasional kritik dan Reformulasi, 1991, yang ditulis oleh Carl Botan”. Tujuan review ini adalah untuk mengeksplorasi Kritik dan reformulasi Public Relation Internasional. Saya menemukan bahwa Carl Botan 1991 berbicara tentang Public Relations internasional yang juga selalu Public Relations Antarbudaya di negara-negara yang berbeda termasuk dalam konteks sejarah yang membahas bagaimana asumsi etnosentris terhadap Public Relations yang membatasi efektivitas dan pemahaman tentang budaya lain. Jurnal ini menggambarkan bagaimana Public Relations tumbuh pesat di seluruh dunia tetapi tidak merata dimana perkembangan terbesar terjadi di AS dan EC. Hal ini terjadi karena praktek Public Relations dan pendidikan Akademisi terkonsentrasi di AS, masyarakat ekonomi Eropa EC, antara kekuatan-kekuatan ekonomi yang muncul dari tepi pacific. Jurnal ini juga berbicara tentang kegagalan dalam mengenali perbedaan antara bangsa dan budaya dan bagaimana matriks Public Relations yang dapat digunakan untuk mengkritik perspektif etnosentris secara umum pada Public Relations. Menurut Botan 1991 hal itu bisa terjadi karena AS dan EC sering terlibat dalam praktek PR di negara-negara berkembang tetapi sering sehingga didasarkan pada asumsi-asumsi etnosentris tentang Public Relations yang membatasi efektivitas dan pemahaman tentang budaya lain. Pandangan penulis ini didasari pendapat etnosentris dari Illman 1980 yang diasumsikan bahwa ada tidak ada perbedaan besar antara memotivasi dan membujuk orang di rumah dan di negara-negara lain yang mengarah pada asumsi bahwa apa yang diketahui tentang public relations di atau EC dapat diterapkan di negara-negara berkembang dengan hanya sedikit penyesuaian lebih jelas dan dangkal, bahasa, hukum, dan perbedaan bisnis. Namun disisi lain, Kinzer dan Bohn memiliki perspektif yang berbeda, mereka memperingatkan bahwa praktek domestik Humas ditempa di pasar Amerika yang nyaman mungkin menjadi tidak efektif dan bahkan berisiko dalam beberapa budaya. Hal ini jelas memungkinkan bahwa humas profesional yang terlatih dan berpengalaman berdasarkan kondisi dan situasi dalam satu kebudayaan yang mereka miliki saat ini. Model lain adalah Humas dalam manajemen di MNC’s model polycentric di praktisi PR berasal dari negara tuan rumah. Dengan model ini, para praktisi negara tuan rumah dipercaya untuk melakukan semua rencana dan program yang didasarkan pada pengalaman mereka sendiri. Akan tetapi hal hanya simbol untuk memenuhi kebutuhan MNC’s yang tetap solid dan bermasalah. Dalam jurnal ini juga dijelaskan beberapa model PR di MNC’s, tapi dua model yang paling umum adalah etnosentris dan polycentric. Model etnosentris diasumsikan dengan tidak adanya perbedaan besar antara memotivasi dan membujuk orang-orang di rumah dan di negara-negara lain, karena asumsi ini bekerja di pusat. Dengan kata lain orang-orang akan merespon terhadap rangsangan sama dengan cara yang sama. Pendekatan yang kedua adalah model polycentric dimana praktisi PR negara tuan rumah memiliki otonomi. Mereka yang dipercayakan dengan melaksanakan rencana dan program berbasis pengalaman mereka sendiri. Model ini menggunakan praktisi yang mengetahui dan memahami negara tuan rumah hanya sebuah simbol untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Dalam pendekatan polycentrism, saya melihat Strategic Relations hanya sebagai bentuk ketakutan berlebih dari apa yang saya sebut sebagai konsep glocal, dimana kebutuhan perusahaan multinasional dan global bertemu penghalang lokal yang khusus dibangun secara internal budaya dan perlu untuk diselesaikan dari dalam, hal tersebut dibenturkan dengan kearifan lokal yang menembus bahkan jauh dalam struktur sosial. Dalam polycentrism ini, diharapkan bahwa hubungan masyarakat di negara-negara tuan rumah menyesuaikan sistem dan kebijakan dalam negeri asal sesuai lokalitas mereka di mana mereka berada. Sistem ini juga memiliki beberapa kekurangan di mana yang mereka akan memiliki tidak memiliki koordinasi antara organisasi dengan organisasi lain atau negara lain, maka tidak akan ada cara standar untuk menilai proses dan tingkat keberhasilan program yang dilakukan oleh para praktisi Public Relations yang terkait dengan kepentingan perusahaan. Kemudian timbul pertanyaan Apakah bisa PR yang memiliki berbeda budaya bisa melayani?. Seperti yang kita tahu bahwa ada banyak perbedaan budaya dan nasional di antara negara-negara maju yang membuat studi tentang PR dan praktek agak berbeda antara mereka. Namun, perbedaan-perbedaan ini kecil apabila kita bandingkan dengan perbedaan antara mereka sebagai sebuah kelompok bangsa. Berbeda dengan negara komunis yang mana fungsi Public Relations mungkin tidak dianggap penting dalam melakukan bisnis. Saya dapat menyimpulkan bahwa norma dan standar mungkin sesuai dalam satu kebudayaan tetapi tidak dalam budaya lain. Fungsi Public Relations digunakan dalam cara yang berbeda oleh berbagai jenis organisasi termasuk pemerintah, agama dll dalam bentuk pelayanan masyarakat, informasi umum, urusan publik dan bentuk yang lain. Penulis menggunakan matriks hubungan masyarakat yang menurut mereka dapat digunakan perspektif kritik terhadap etnosentrissecara umum pada Public Relations terhadap kegagalan dalam menentukan pentingnya perbedaan antara bangsa dan budaya. Saya juga dapat menyimpulkan bahwa Public Relations internasional adalah juga dan selalu berkaitan dengan hubungan antar budaya dan bagaimana proses pelaksanaannya mencirikan pencampuran budaya yang berbeda. Perbedaan kebudayaan dan bangsa membuat efek yang besar pada perspektif dan fungsi Public Relations untuk setiap negara di dunia dan bagaimana hal itu mempengaruhi pertumbuhan PR serta bagaimana kita menetukan kerangka kerja Public Relations internasional. Saya menutip apa yang disampaikan Kriyantono 2014, pendekatan kritis bertujuan mengubah struktur sosial, politik, dan ekonomi yang membatasi potensi individu. Pendekatan kritis berupaya mengkritisi, menantang, dan mendebat strategi dari kelompok tertentu yang dianggap mendominasi. Biasanya perdebatan ini berpotensi meningkatkan kesadaran akan perlunya perubahan. References Botan, C. 1992. International Public Relations Critique and reformulation. Public Relations Review. 182, 149-159. ISSN 0363-8111 Kriyantono, R. 2014. Teori Public Relations Perspektif Barat dan Lokal Aplikasi Penelitian dan Praktik. Jakarta Prenadamedia Group.

2 Teknik public speaking yang benar. 3. Menyusun pesan yang efektif. 4. Memahami audiens. 5. Mengendalikan grogi. 6. Melatih improvisasi, dan lain sebagainya. 5. Kapan dan Di mana belajar public speaking? Kapan mulai latihan public speaking? Sekarang. Tidak ada kata terlambat. Saya punya murid berusia 61 tahun dan bekerja sebagai penjual ayam di pasar.

07 Sabtu Des 2013 Tulisan dibawah ini adalah ilmu yang saya dapat dari membaca buku “Public Relation & Crisis Management Pendekatan Critical Public Relations Etnografi Kritis & Kualitatif” karya Rachmat Kriyantono, dosen saya. Bicara tentang Citical PR, yuk kita kupas sampai kulit terdalamnya. Baik, akar pendekatan kritis sendiri dapat dilihat dari pemikiran Friedrich Hegel dan Karl Marx. Kemudian pemikiran kedua tokoh ini berkembang dalam ranah Sosiologi yang kemudian diadopsi oleh Ilmu Komunikasi. Salah satu karya pemikiran Hegel adalah Filsafat Hegel yang memiliki dua esensi pemikiran yaitu dialektika dan idealisme. Dialektika mencangkup cara berpikir dan citra dunia. Sementara idealism lebih menekankan pentingnya pikiran dan produk mnetal daripada kehidupan material. Marx menawarkan teori Marxisme tentang masyarakat kapitalis dimana pada dasarnya manusia itu produktif, artinya manusia berkeinginan bekerja di dalam dan dengan alam agar dapat bertahan hidup. Munculah kapitalisme sebagai struktur yang membuat batas pemisah atara seorang individu dan proses produksi. Kemudian muncul paham sebagai “reaksi” dari Marxisme yakni sosialisme paham untuk menanggulangi ekses sistem industri dan kapitalisme. Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian memengaruhi bagaimana pendekatan kritis memaknai realitas. Bagaimana dominasi dan represi yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan power dalam masyarakat, upaya mempromosikan emansipasi, kebebasan dan persamaan dengan menggali kondisi-kondisi social yang memarjinalkan pihak-pihak tertentu serta upaya memberikan solusi melalui sinergi teoritis dan praktis agar terwujud perubahan social. Sejauh ini kajian Public Relations banyak di dominasi oleh pendekatan objektif yang memandang praktik PR sebagai sesuatu yang objektif dan netral. Pendekatan objektif ini memandang bahwa elemen atau instrument organisasi hierarki, teknologi, regulasi merupakan realitas objektif yang dapat memengaruhi publik. Padahal sebenarnya ada pula yang menunjukan bahwa PR sering dijadikan sebagai “alat” manejemen untuk menyebarkan ideologi organisasi yang berpotensi untuk mendominasi publiknya. Sementara, publik sendiri merupakan koalisi-koalisi dan konstituen-konstituen yang mempunyai kebutuhan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda-beda yang juga punya power untuk memengaruhi strategi organisasi. Adanya realitas lain selain realitas objektif yang kemudian mendorong munculnya pendekatan baru “Critical PR”. Menurut Trujillo & Toth, pendekatan ini memandang organisasi sebagai arena pertarungan ideology dan ekonomi, seperti kuasa power, pengaruh, dan kontrol. Pendekatan ini juga memandang publik sebagai koalisi-koalisi dan konstituen-konstituen yang mempunyai kebutuhan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda-beda. Pendekatan ini berfokus pada aspek-aspek politis dari organisasi dan mengkaji bagaimana organisasi menggunakan komunikasi untuk tawar-menawar serta bernegosiasi dengan beragam koalisi dan konstituen tersebut. Kriyantono 2012 Jadi, pendekatan ini dapat dikatakan berfokus pada tujuan program pada praktik Public Relations, bagaimana membangun komunikasi dengan stakeholder dan publiknya, teknik negosiasi dan lobbying, bagaimana mengatasi krisis dan bagaimana mempromosikan produk. REFERENSI Kriyantono, R. 2012. Public Relations & Crisis Management Pendekatan Critical Public Relation, Etnografi Kritis & Kualitatif. Jakarta Kencana Prenada Media. Terkadang seorang public relation mengalami ketergantungan akan pengetahuan yang terkumpul di dalam memori. Hal ini adalah penyakit yang dimiliki oleh seorang informan sehingga ia akan berbicara keluar jalur. Dan hal itu dapat terjadi dengan tanpa kesadaran kita hingga kita pernah berbicara, "Saya tadi ngomong apa ya?" CNS1AhL.